Friday, February 11, 2011

Mekong 3

3. Harta Karun dan Lubang Lele

Berbicara tentang Mekong, Anda pasti sudah tahu apa itu Mekong jika sudah membaca Mekong 1 dan 2. Di serial Mekong kali ini, saya akan menceritakan sebuah tempat yang memang ada sungai Mekongnya.Sebut saja Zellyel, sebuah desa yang ada di antara dua benua *plakk*, salah, dua desa.Di desa itulah tokoh utama kali ini lahir dan tinggal. Namanya Tole, dia termasuk anak yang pandai dalam hal mencuri.Setiap minggu, ada saja komplotan orang-orang yang datang ke rumahnya, untuk suatu hal yang biasa bagi Tole.

Dari balik jendela yang kusam itu pun, Tole dapat melihat komplotan itu datang dan segera masuk ke dalam kamarnya. Dengan tergesa-gesa dia memakai jaket serta topinya, tak lupa dia juga membawa kopor kecil di tangan kirinya. Setelah bercermin sesaat, dia segera keluar dan menemui komplotan yang berisi tiga orang itu.

"Kita sudah siap sekarang."

"Siap apanya? Bahkan kami pun belum mengatakan maksud kami."

"Tempat mana yang mau dibobol? Bank?"


"T, tau dari mana kalau kami datang ke sini untuk hal itu?"

"Sudahlah, semua tampak dari gelagat kalian." kata Tole sambil memutar topinya ke belakang,"Nah sekarang, di mana tempatnya?"

"Tunggu, apakah kami tak perlu mengungkapkan nama kami satu persatu?"

"Itu tidak penting, dan menguntungkan kalian Karena jika aku tertangkap, aku tak bisa menyebutkan nama kalian sebagai pelaku lainnya. Tapi, jika memang kalian mau, terserah."

"Atas dasar kami percaya padamu sepenuhnya, saya Ricky, dia John dan dia Sableng."

"Sebelumnya, aku terima kasih karena sudah percaya."

‎"Sekarang sudah jelas dan kita akan berangkat ke rumah Nyi. Loise."

"Siapa dia?"

"Nenek-nenek yang katanya menyimpan banyak harta. Dua hari yang lalu, gerombolan Venuls berhasil menggasak satu em dari situ."

"Ih, wauw, fantastis."

"Lebay deh!"

"Siapa yang bilang barusan? Hah?"

"Sudahlah, itu tak penting. Dan sekarang, mari kita berangkat mumpung masih tengah malam.

@@@@@

"Ini rumahnya?" kata Tole tampak kagum memandangi istana yang ada di hadapan matanya,"Dari mana kita bisa masuk?"

‎"Tak ada cara lain kecuali menjebol gembok emas itu. Kamu bisa, bukan?"

"Tentu saja." sambar Tole cepat sambil mengeluarkan peralatan dari dalam kopornya, dan setelah mengotak-atik gembok itu sesaat, dia pun berhasil membuka gerbang itu.

"Sekarang kita bisa lewat dengan leluasa."

Setelah Tole berhasil membuka pintu utama, mereka bertiga pun terpana melihat ruangan yang ada di dalamnya.

"Kenapa tak seperti luarnya? Ruangan ini penuh sawang dan sangat berdebu." ungkap Tole.

‎"Diam sebentar! Aku melihat sebuah kertas di atas meja persegi itu. Bisakah kau melihatnya, Sableng?"

"Ya, kertas itu terlihat kumal sekali."

"Sekarang berjalanlah dengan perlahan dan ambil kertas itu."

Sableng mengatur langkahnya agar tak bersuara dan bergegas ke arah meja itu. Setelah menjulurkan tangannya, dia pun mengambil kertas itu dan membuka lipatannya."

"Ini peta harta karun!" teriaknya keras. Wajahnya nampak sumringah dan beringas.

Melihat temannya yang teledor itu, Ricky pun berlari dan berhasil mendekap mulut Sableng yang masih bergumam hebat.

"Diam!" bisik Ricky,"Nanti kalau yang punya rumah dengar gimana!" tambahnya sambil merebut kertas itu.

Dia berjalan mendekati Tole.

"Apa itu benar peta harta karun?"

"Nampaknya sih begitu, coba lihat ini!" dia menyerahkan kertas itu yang langsung diamati oleh Tole.

"Memang, ini peta harta karun."

"Lantas, apa yang harus kita lakukan sekarang?"

‎"Tak ada salahnya kita mencoba untuk mengikuti peta ini."

"Kamu yakin? Tak ingin berkeliling dulu untuk mencari sesuatu yang bernilai?"

"Di tempat separah ini?"

@@@@@

"Beneran nih tempatnya, masak dekat sungai gini."

"Coba lihat petanya!" Ricky menyambar peta itu dari tangan Tole dan manggut-manggut.

"Ya, memang di sekitar sini. Tepatnya ada di depan jamban itu."

"Gile, aku nggak bawa cangkul untuk menggali harta itu." teriak Tole. Wajahnya nampak frustasi.

‎"Aku ada cangkul di sini!" kata seseorang dari dalam jamban yang ditunjuk oleh Ricky tadi.

"Siapa kamu?"

"Aku warga sini yang sedang membuang kotoran di sini. Aku tahu,kalian mau menggali tanah di depan jamban ini, bukan?"

"Ya, benar! Sekarang mana cangkulnya?"

"Kalian berkumpullah di dekat penampungan itu dulu, nanti aku akan keluar!"

"Baiklah!"

BRAKK

Orang dari dalam itu keluar sambil mengacungkan sebuah pistol.

"Nih cangkulnya!" katanya dengan senyum yang sangat lebar.

"Itu pistol, bukan cangkul!"

"Ya, apakah kalian tak percaya aku ini seorang polisi?"

"Tidak! Itu cuma pistol mainan, bukan?"

"Aku berada di sini karena diutus oleh Nyi Loise, kalian tahu?"

Mendengar nama itu, mereka bertiga merinding hebat.

"Tenang saja, karena tempat penampungan di belakang kalian sudah aku buka tutupnya."

DORR

Polisi itu menembakkan pistolnya ke atas dan berhasil membuat sebuah suara yang terdengar mengerikan.

Sontak, mereka bertigapun kaget dan berbalik hingga akhirnya terjatuh di tempat penampungan yang penuh dengan lele kuning itu.

"Nikmatilah makan malam kalian sampai puas!"

~end
2 Februari 2011

No comments:

Post a Comment