Friday, August 26, 2011

Rubik Mahal, Hilang!

Siapa yang Mengambil?

"Oh tidak!" teriak Thomas keras. Dia tampak frustasi sambil mengobrak-abrik tasnya.
"Kenapa Thomas?" tanya Bu Mega, guru Matematika kelas IX yang sedang mengajar.
"Rubik saya hilang!" teriaknya histeris.
"Lho, memangnya kenapa? Kan bisa beli lagi."
"Iya kalau murah, tapi yang ini mahal." tuntut Thomas.
"Lha terus kamu maunya apa?"
"Menggeledah kelas ini." jawabnya mantap.
"Baiklah, laksanakan."
Thomas pun beranjak dari tempat duduknya untuk berdiri di depan kelas.
"Apabila rubik itu ketemu di antara kalian semua," Thomas mengambil nafas sejenak,"Aku tidak akan memaafkannya."
Dimulailah penggeledahan itu. Satu per satu tas yang sudah digeledah dilemparkannya begitu saja di depan kelas. Hingga seluruh tas berhasil dipindahkan, kecuali tasnya.
"Kenapa tasmu tak kau geledah sekalian?" tuntut Andi.
"Kau geledah saja sendiri."
Tas Thomas pun berhasil dipindahkan juga.
~
"Aku dengar rubik kamu hilang, ya?" tanya Mike, sahabat Thomas yang berbeda kelas. Saat ini mereka sedang berada di bawah pohon, menikmati waktu istirahat.

‎"Iya nih, mana mahal lagi." gerutunya kesal,"Kalau yang murah mah bisa beli lagi, lha kalau yang mahal ini?"
"Ya kamu sabar saja, kalau memang itu rubik rezekimu, pasti akan kembali." hibur Mike.
"Sabar ya sabar, tapi kan nanti pas di rumah aku kesepian."
"Ya kamu beli saja yang murah dulu, kan juga bisa dibuat hiburan, kan?"
"Hiburan apanya, kalau yang murah itu putarannya jelek, sering nyangkut. Yang ada malah bikin tambah kesal." cerocos Thomas.
"Lha sekarang kamu maunya bagaimana?"
"Aku mau rubikku kembali." jawab Thomas mantap.
"Kalau beli lagi yang sama mau?"
"Mau, tapi belum ada uangnya, kan mahal."
"Aku belikan deh, aku tahu harganya kok." tawar Mike.
"Jangan, nanti uangmu habis." kata Thomas yang sebenarnya mau.
"Oh, ya sudah kalau tak mau, aku tak bisa apa-apa." jawab Mike yang telah membuat Thomas kecewa. Sebenarnya Thomas ingin agar Mike memaksanya untuk mau dibelikan rubik baru.
"Ya, tidak apa-apa."
"Aku balik ke kelas dulu, ya!"
"Ya, jangan lupa salamku untuk Silvi."
"Siip."
~
Sekarang jam terakhir, PKn benar-benar terasa membosankan, padahal biasanya Thomas selalu senang ketika mendapatkan pelajaran ini.
Entah kenapa sedari tadi pikiran Thomas tidak fokus, dia masih saja meratapi nasibnya yang kehilangan rubik. Ya, dia tidak habis pikir, kenapa ada orang yang tega mengambil rubik di dalam tasnya. Apakah karena itu rubik mahal? Tentu saja iya, kalau itu rubik murah, siapa yang mau mengambilnya?
Thomas meratap lagi. Nasib memang seperti ini, kadang senang kadang susah. Yah, tapi aku harus tetap semangat, masalah rubik mahal masih bisa dibeli. Walaupun harus menunggu lama.
Waktu pun berjalan dengan lambatnya hingga akhirnya bel pulang berbunyi.
~
Nanti aku mau buat status rubikku hilang ah, pikir Thomas untuk menghibur diri. Sekarang dia sedang berjalan gontai dengan Mike disebelahnya. Diliriknya Mike yang pikir Thomas aneh.
"Kenapa diam saja, Mike? Biasanya kamu ceria?"
"Lha wajahmu saja sedari tadi seperti itu."
Thomas pun sadar akan mimik wajahnya dan kembali fokus terhadap jalan pulang tanpa suara. Sampai-sampai Thomas tak menyadari jika Mike telah pergi dari sebelahnya.
Rumah sudah di depan mata, setelah meletakkan sepatunya di rak, Thomas pun masuk dan bergegas makan. Sholat juga tak ketinggalan, karena dia tahu akan kewajiban dirinya sebagai umat beragama.
Setelah berganti pakaian, barulah Thomas terfokus ke hpnya di rak buku untuk membuat status. Setelah dekat dengan rak buku itu, Thomas baru menyadari kalau ternyata rubiknya tergeletak tepat di sebelah hpnya.

~Tamat
26 Agustus 2011
By Alisarda

No comments:

Post a Comment