Friday, November 26, 2010

Dio part. 2

Mata Dio bengkak, merah sekali, sehingga dio berusaha menghilangkannya, alhasil, semua usahanya membuat matanya semakin merah.
Namun, walaupun dengan kondisi seperti itu, dia tetap menjalankan semua perintah Ruslan seperti biasanya, hingga membuatnya memeahkan rekor terlambat sekolah.
Saat pelajaran Agama, tiba-tiba Dio dipanggil ke ruang kepala sekolah.
“Oh, Dio!” salam Kepala Sekolah, Pak Nurdin.
“Hmmm, ada apa ya, Pak? “ tanya Dio penasaran.
“Duduk, duduk, Bapak mau bilang sesuatu.”
Dio pun menuruti perintah Pak Nurdin.
“Begini Dio, sebenarnya sekolah baru saja mendapatkan kabar, bahwa telah terjadi sesuatu terhadap Ibu Ruslan……”
“Kenapa, Pak? Tanya Dio sedikit panik.
“Ibu kamu itu terkena sesuatu, Dio.”
“Terkena apa, Pak?” Dio semakin panik.
“Ibu Ruslan, terkena maut…….Dio”
“Aaaaa…..”
Air mata Dio menetes di pangkuan Pak Nurdin.
@.@.@.@.@.@
Di rumah, Dio sendirian melihat ibu tirinya tergeletak di atas ranjang, dengan bungkusan kain mori. Tak ada satu pelayat pun yang datang, tak ada seorang pun yang mmembacakan do’a, dan tak ada seorang pun yang mau mengebumikan Ruslan, hingga jasadnya tergeletak begitu saja, menyedihkan.
Dengan peralatan seadanya, Dio mulai menggali sebuah lubang di kamarnya, dalam dan besar. Dio bermaksud untuk menguberkan ibu tirinya di situ, karena tak ada tempat lain kecuali di situ.
Setaelah lubang selesai, Dio langsung memasukkan jasad ibunya dan menimbunnya dengan tanah. Dua batang pohon sebagai penanda juga dipasang di kedua ujungnya.
Walaupun hari sudah malam dan disrtai tubuh yang lelah, Dio memaksakan diri untuk mengambil beberapa bunga untuk makam Ruslan di sebuah bukit, desa tetangga.
Dengan tangan gemetaran, ditaburkannya bunga-bunga itu di atas makam ibu tirinya dan disertai dengan sebuah do’a. Air mata mengucur deras di atas makam itu.

No comments:

Post a Comment