Friday, July 1, 2011

Patah Hati

Sore itu udaranya cukup sejuk, terlihatlah Steve yang sedang duduk di atas bangku taman di bawah pohon beringin. Sesekali angin yang lumayan keras berhembus dan merontokkan daun-daun kering dari pohon tersebut sehingga langsung mengotori Steve yang ada di bawahnya.
Dengan sentuhan yang pelan, Steve menyingkirkan daun-daun itu dan kembali melipat tangannya di depan dada. Kakinya disilangkan.
'Vica?' batinnya kaget tatkala melihat wanita yang begitu dikenalinya berada di kejauhan bersama seorang pria yang dia kenal juga, Robert namanya.
'Sedang apa mereka berdua.' batinnya sambil terus mengamati dua orang tersebut.
Vica dan Robert, mereka bisa dikatakan sebagai sepasang sahabat yang cukup akrab karena keseringan mereka bersama. Namun hari ini Steve merasa ada yang ganjil dengan mereka berdua, ya, mereka memang akrab sekali, tapi sebelumnya Robert tak pernah sekalipun menggandeng tangan Vica!
‎'Apa-apaan si Robert itu!' batin Steve geram,'Oh, aku tahu sekarang, jadi ini yang mereka lakukan jika aku tak ada, oke, tak masalah.' tambahnya semakin kesal sambil terus mengawasi.
Kali ini Robert melepaskan gandengannya dan berjalan ke arah taman untuk memetik sebuah bunga yang kemudian di letakkan di atas telinga Vica.
Raut yang begitu gembira terpancar jelas di wajah Vica tatkala menerima bunga itu, dan langsung mencium pipi Robert. Kanan dan kiri.

‎'Apa!' batin Steve semakin garang, matanya hampir keluar. Dia yang sebelumnya santai saja kini mulai gusar dengan posisi duduknya. Kadang kala kakinya mengajak untuk menghampiri mereka, namun baru saja selangkah, dia sudah duduk kembali. 'Tenang Steve, nanti juga mereka yang ke sini sendiri.' batinnya kemudian untuk mengihibur diri. Dia masih mengawasi dengan seksama pasangan itu.
Setelah Vica melepaskan kecupannya kini giliran Robert yang beraksi. Dia mulai mengangkat kedua tangannya dan meraba-raba pipi mulus Vica. Entah apa yang dirasakan oleh pasangan ini sehingga mereka tak kenal malu, padahal taman ramai pengunjung, bukan hanya sepasang dua pasang mata saja yang mengawasi mereka, bahkan puluhan pasang lebih, tak terkecuali anak-anak yang masih di bawah umur.
Vica menggeliat keasyikan menerima sentuhan itu dan dia pun membalasnya dengan hal yang sama.
Di tempat lain, Steve tampak semakin emosi dengan tingkah pasangan itu, bagaimana tidak? Mengingat Vica adalah pasangannya selama 2 tahun terakhir ini. Kalau diingat-ingat, tak pernah sekalipun dia berbuat belakang seperti ini, tapi Vica? 'Ah, dasar perempuan sialan, kata-katanya saja yang manis kalau di hadapanku, kalau tahu begini, aku tak akan sudi dengannya!'
Steve kemudian mengenakan penutup kepala pada jaketnya,'Untung ini jaket baru, kurasa dia tak akan mengenaliku.' batinnya geram.
Benar saja apa yang dikatakan Steve tadi, tak lama kemudian pasangan itu pun mulai berjalan meninggalkan taman bunga itu untuk menuju bangku yang didudukinya. Sesekali Steve melihat Vica yang berjalan riang sambil menyandarkan kepalanya di dada Robert menunjuk-nunjuk bangku, ya, cukup panjang memang bangku itu.
"Mas," kata Vica lembut kepada Steve yang telah menutupi wajahnya dengan kain,"Bisa tolong geser." tambahnya kepada Steve yang duduk tepat di tengah bangku itu.
Steve tak menyahut, dia yakin kalau Vica akan mengenali suaranya dan hanya menggeser sedikit tempat duduknya mendekati pohon di samping kiri.
"Nah, kita duduk yuk, sayang." kata Robert mempersilahkan pasangannya untuk duduk.
'Sayang?!' batin Steve kesal, namun dia mencoba untuk sedikit bersabar,'Sekarang bukan waktu yang tepat.' tambahnya dalam hati.
"Dad." panggil Vica sambil memegang tangan Robert dan membelainya lembut.
'Dad?! Apa-apaan mereka ini!' Steve hampir tak mempercayai pendengarannya. Kepalanya mendidih.
"Ya, sayang." jawab Robert dengan mesranya hingga membuat Steve mual.
"Aku mau es krim." kata Vica manja.
"Ya, nanti kita beli di apotek, ya?"
"Kok nanti sih, sekarang dong."
"Ya nanti saja, kamu mau kalau kita pulang cepat?" goda Robert sambil mencubit sedikit hidung Vica.
"Enggak mau."
"Makanya itu, nanti saja ya, belinya. Oh iya, aku ada sesuatu untukmu. Tunggu sebentar, ya!" kata Robert sambil merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sebuah gelang perak.
"Wah bagus sekali, aku pakai sekarang, ya." sahut Vica mengambil gelang itu dan memasangnya di tangan kiri.
"Cocok sekali." ujar Robert senang,"Kamu suka?"
"Suka sekali!" sambar Vica dengan seulas senyum lebar.
"Syukurlah."
"Rob, kita 'tempel' yuk." ajak Vica.
"Di sini?" tanya Robert kaget.
"Ya, mau di mana lagi?"
"Tapi ada mas-masnya itu." kata Robert sambil mengerling Steve.
"Ya, tidak apa-apa, toh dia juga tak mau tahu urusan kita." sahut Vica.
"Oh, baiklah." kata Robert mulai menggapai kepala Vica dan mendekatkannya.
"Ehem." dehem Steve yang rupanya sudah kehilangan kesabaran, dia membuka wajahnya,'Mereka mau ciuman di hadapanku?! Keterlaluan!'
Vica melirik sejenak ke arah Steve dan seketika jantungnya seakan berhenti berdetak, matanya terlihat keluar.
"Ada apa, Vica?" Robert merasa aneh dengan wanita di depannya.
"S, steve." gagap Vica.
"Steve?" ulang Robert kaget dan menghadap ke belakangnya.
"Hai." sapa Steve dengan santainya, senyumnya merekah lebar.
"Oh, hai Steve." sahut Robert bingung, dia merasa bersalah sekaligus malu tentunya,"Sudah lama?"
"Oh, sudah." jawab Steve sambil membuka kerudung jaketnya,"Cukup untuk melihat kalian bermesra di taman bunga."
"Oh." Robert kehilangan kata-katanya.
"Rupanya ini yang kalian lakukan selama ini, hebat." ujar Steve dengan seringai lebar, dia meremas tangannya.
"Tunggu Steve! Kami bisa menjelaskannya!" sergah Robert.
"Diam kau!"
Buagh
Sebuah pukulan yang sangat keras mendarat di pipi Robert hingga berdarah.
"Tambah lagi!" teriak Steve mulai kehilangan kendali.
Buagh, Duakk, Bruakk
Sebuah pukulan dan tendangan yang penuh amarah menghujani tubuh Robert dan membuatnya jatuh tersungkur dari kursi.
"Hentikan Steve!" teriak Vica ngeri dan mulai menolong Robert.
"Oh, si cantik dari negri dongeng bicara rupanya." ejek Steve seraya mendekati mereka berdua.
"Apa yang kamu lakukan, hah!" teriak Steve sambil memjambak rambut Vica dan menariknya berdiri, dia tak peduli lagi dengan tatapan orang-orang yang berkunjung ke taman itu.
"Lepaskan Steve!" teriak Vica sambil berontak berusaha melepaskan cengkraman Steve.
"Diam!" balas Steve dengan suaranya yang semakin menjadi-jadi.
Masih tak puas, dia menggunakan tangan yang satunya lagi untuk menggentcet mulut Vica.
"Aaaah!" erang Vica kesakitan.
Steve tak menghiraukan erangan itu dan mulai mendekatkan mulutnya dengan mulut Vica yang sedikit terbuka karena gencetannya.
Vica melotot tajam,"Apa yang akan kau lakukan, Steve."
"Jangan harap aku akan mencium bibirmu yang busuk ini." gumam Steve sambl mengumpulkan sesuatu di dalam mulutnya.
Cuih
Steve meludah tepat di sela-sela bibir Vica yang terbuka dan masuk ke dalam mulut.
Spontan Vica pun mengeluarkannya kembali dengan keras.
Cuuhh
Semburan ludah barusan pun mengenai wajah Steve dengan telak.
"Oh," gumam Steve sambil melepaskan Vica, dia menggunakan kainnya tadi untuk menyeka wajahnya,"Sudah berani, ya. Kau itu."
"Kau duluan yang mulai!" bela Vica kesal.
"Aku yang mulai?! Hahaha, jangan ngaco kau, siapa yang duluan main belakang, hah?!" seru Steve.
Vica membisu.
"Asal kau tahu saja, ya. Tak pernah aku sekalipun melakukan hal bejat ini sejak bersamamu."
"Tapi,"
"Tak ada tapi-tapian! Mulai sekarang kita selesai!"
"Jangan."
"Kenapa jangan? Bukankah kau lebih menyukai dia." kata Steve sambil menunjuk Robert yang masih meringis kesakitan.
"Ya!" kata Vica kemudian,"Memang aku lebih menyukai Robert ketimbang denganmu!" teriaknya kesal.
"Oh, bagus!" sambar Steve sambil bertepuk tangan,"Sekarang dengarkan baik-baik," Steve mengambil nafas sejenak,"Aku sumpahin kau agar sampai mati pun tak akan pernah satupun ada pria yang setia padamu!" teriaknya keras.
Semuanya kemudian membisu, hanya ada suara langkah kaki Steve yang terdengar, dia sedang berjalan mendekati Robert dan berbisik ke telinganya,"Apakah kau benar-benar sahabatku?"
Steve pun kembali berjalan untuk meninggalkan tempat itu.
Tap, tap, tap

The End
Alisarda, 1 Juli 2011

2 comments:

  1. uwoooo!! ini muantep! XDDD
    huwooo... perselingkuhan kan?? XDD
    cckckckkc... hebat hebat!! keren banget!! XD
    jadi pengen nabok orang rasanya ... XDDD
    bagus!! XD

    ReplyDelete
  2. wah, kau tukang selingkuh, ya?
    wkwkwkwk. kidding
    *ditimpuk buku tebel

    ReplyDelete