Friday, August 26, 2011

Perempuan Tegar

Gerimis baru saja berhenti, angin yang dingin menusuk-nusuk mulai berhembus.
Di sebuah tempat yang juga terhembus angin dingin, di depan pos ronda tepatnya, sepasang kekasih terlihat sedang bertengkar.
Si laki-laki berdiri di bawah, sedangkan si perempuan duduk di atas pos.
"Sudah, pulang saja sana!" bentak si perempuan dengan kasar,"Untuk apa kau ada di sini."
"Vi, beri aku kesempatan sekali lagi." bujuk Thomas sedikit bergetar kedinginan karena pakaian yang dikenakannya basah kuyup.
"Tidak."
"Ayolah, aku mohon."
"Mohonlah sama yang di atas agar segera mendapatkan pengganti baru." sambar Vivi ketus.
"Aku maunya cuma kamu."
"Lantas, ini apa?!" Vivi memperlihatkan layar hp Thomas yang sedang dipegangnya.
~
"Aku ke toilet dulu, ya." kata Thomas saat mereka sedang berada di sebuah kafe.
"Lekas sana."
Selang beberapa waktu, hp Thomas yang tergeletak di atas meja berbunyi, menandakan ada sms masuk.
Karena penasaran, Vivi pun membukanya,

'say, kok kamu lama ya sama si cewek bego itu, aku udah tak sabar nih, aku tunggu di rumah, ya! Segera ya say, salam kecup *3*'
~
‎"Dia temanku, sungguh!" bela Thomas.
"Aku tidak percaya."
"Ayolah Vi,"
"Oh, rupanya kau buru-buru mau pergi ke rumah 'teman'mu itu, kan?" sahut Vivi,"Kenapa tak pergi sekarang saja, kasihan dia menunggu lama."
"Bukan begitu maksudku, tap, tapi," Thomas kebingungan mencari kata-kata yang tepat.
"Untuk apa kau masih di sini? Sana buruan samperin tuh cewek pintar, kenapa juga malah mau sama cewek bego." kata Vivi.
Thomas terbungkam, dia tak bisa berkata apa-apa lagi mendengar ucapan itu. Perlahan dia melirik Vivi yang tampak mengusap air matanya.
"Maafkan aku, Vi." ucapnya kemudian,"Bukan maksudku menyakitimu..."
"Sudah cukup, Tom. Sekarang pulanglah, sudah malam, dingin pula. Aku kasihan padamu."
"Tapi,"
"Pulanglah, aku masih menyayangimu, kok."
"Kau tidak marah?" tanya Thomas tampak berbinar.
Vivi menggeleng pelan,"Bukan kamu yang salah, tapi perempuan itu. Oleh karena itu, aku pinjam hp ini untuk menasihati dia, boleh?"
"Tentu."
"Nah, sekarang pulanglah."
"Kau,"
"Ya, sekarang."

Alisarda, 26 Agustus 2011

No comments:

Post a Comment