Tuesday, June 28, 2011

Amanat yang Dilanggar

"Kamu jangan memakan nasi ini, ya." ujar Mbok Rondo kepada anaknya, Dodo.
"Iya, Mak." jawab Dodo.
"Lagipula tadi kamu kan sudah makan." tambah Mbok Rondo.
"Iya, Mak."
"Baiklah, sekarang Emak mau ke sawah dulu, kamu mau ikut?"
"Panas Mak, tidak ah."
"Emak berangkat dulu, ya. Ingat kata-kata Emak tadi, jangan memakan nasi itu." Mbok Rondo mulai berjalan dan menghilang di balik pintu.
Dodo pun sendirian di rumah, hanya melamun saja yang bisa dikerjakannya, sebab pekerjaan rumahnya telah selesai.
"Haah, bosan juga kalau begini terus, main ah." ucapnya sembari meninggalkan kursi.
Tok tok tok
Dodo tersentak,"Siapa itu?" tanyanya sangsi.
"Ini aku."
"Didi?" sahut Dodo mencoba menebak pemilik suara tersebut.
"Bukan, ini Dede."
"Oh, masuklah, pintunya tidak dikunci." kata Dodo sambil menduduki kursinya kembali.
Cklek, brak
"Hai." ucap Dede.
"Mau apa kamu?"
"Aku lagi main petak umpet."
"Kamu curang," sahut Dodo,"Kan tidak boleh sembunyi di dalam rumah."
"Biar saja, aku capek, tadi habis main maling-malingan. Kamu ada minum?" ujar Dede.
"Ambil saja di atas meja, di dalam ceret." jawab Dodo malas.
Dede pun mengambil ceret itu dan menenggak isinya dengan lahap. Lalu pandangannya tertuju pada nasi yang
begitu menggiurkan baginya.
"Do!"
"Apa?"
"Boleh aku memakan nasi ini?"
"Jangan, kata Emak aku tak boleh memakannya." jawab Dodo.
"Kan kamu yang tak boleh memakannya, kalau aku boleh." sahut Dede.
"Itu sama saja."
"Jelas beda lah, kamu dan aku." tandas Dede.
"Kemungkinan itu nasi buat bapakku nanti, kalau kamu makan bapakku makan apa dong?"
"Ya nanti buat lagi." jawab Dede enteng.
"Memangnya di rumahmu tak ada nasi?"
Dede menggeleng.
"Oh."
"Aku makan ya, sedikit saja. Aku lapar banget nih." bujuk Dede.
"Tapi janji, ya. Makannya sedikit saja."
"Siap." kata Dede langsung melahap habis makanan itu.
"Apa yang kamu lakukan Dede? Kau menghabiskan nasi itu!" kata Dodo sedikit murka.
"Aku lapar."
"Kau!"
"Tenang saja, kalau nanti bapakmu atau emakmu marah, suruh datang saja ke rumahku." sambar Dede.
"Baiklah, tapi tunggu satu menit lagi."
"Memangnya kenapa?"
"Tunggu saja."
Satu menit kemudian.
"Apa ini, Dodo!" teriak Dede ngeri melihat benjolan-benjolan sebesar kelereng kecil mulai muncul di sekujur tubuhnya.
"Itulah yang aku maksud," jawab Dodo enteng,"Nasi itu memiliki ramuan."
"Apa itu?!" Dede tampak semakin panik.
"Bapakku sudah kebal dengan ramuan itu, malah dia sangat menyukainya. Makanya itu, dia senang dengan nasi yang dicampur dengan ramuan tersebut. Ramuan semangat namanya, jika dimakan oleh orang yang belum kebal maka akan menimbulkan benjolan seperti itu, tapi tidak berlaku kalau hanya memakannya sedikit." terang Dodo.
"Lantas, apakah ada obatnya?"
"Tidak ada."


~The End~
Alisarda
29 Juni 2011

3 comments:

  1. yaah ... kok cuma segini sih?? T_T
    padahal mau tau, kupikir akhirannya bakal keren ... XD
    #plaak!

    ReplyDelete
  2. ya maafkan saya, kan ini aku gak buat buru-buru, pokoknya jadi..
    yang penting kan pesannya sudah tersampaikan....
    betul?

    ReplyDelete
  3. hohohoho ... iya sih ... XDD
    huray huray huray! XDDD
    wkwkwk... cuma keliling blog ...
    ah, admin toushi ....
    liat blog ini deh :
    www.lifelovelaugh.blogspot.com
    ^^
    itu blog temenku ... ^^b
    makasih ... ^^

    ReplyDelete