Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang kakek – kakek yang tinggal di dalam sebuah hutan. Namanya Zellyel, dia hidup sebatang kara, dia mencukupi kebutuhan hidupnya dengan cara menjual kayu bakar yang ditebangnya dari hutan.
Suatu hari, saat dia sedang menebang pohon, dia melihat sebuah mulut di sebuah batang pohon
“ Jangan kau tebang pohon itu, pohon itu milik Nyi Yollyse, dia seorang penyihir hebat !” kata mulut itu.
“ Mana aku peduli !” jawab kakek Zellyel, tak acuh, sambil terus menebangi pohon yang katanya milik Nyi Yollyse itu.
“ Jangan kau menebang pohon itu, nanti kau disihir jadi awan !” ujar mulut di sebuah batang pohon lainnya, keras memperingati.
“ Siapa kamu mulut tak bermata, janganlah kamu melarangku untuk menebang pohon ini, karena itu tak ada gunanya, dan yang pasti aku akan menebang pohon ini v!” jawab kakek Zellyel terus menebang pohon itu.
Dua mulut di dua batang pohon berbeda menghilang, dan itu membuat kakek Zellyel lega.
Setelah dia memotong kayu itu menjadi kecil – kecil, dia membawanya ke pasar dan menjualnya. Namun disisakan sedikit untuk dirinya sendiri.
Sesampainya di rumah sehabis berjualan, kakek Zellyel membakar kayu itu untuk menghangatkan dirinya, namun betapa kagetnya dia ketika dia menyiram api itu dengan air, api itu tambah membesar dan semakin membesar, sehingga lama – kelamaan tubuh kakek Zellyel menguap dan menjadi awan hitam.
Awan hitam itu semakin membesar dan menghitam, sampai akhirnya hujan deras pun turun. Kawasan yang terkena hujan menjadi sangat hijau dan tanahnya sangat subur. Untuk mengenang kakek Zellyel, orang – orang memanngil kawasan itu dengan sebutan Desa Zellyel.
No comments:
Post a Comment