Sunday, October 31, 2010

Kalau Memang Rejeki Tak Kan Ke Mana.........



  Siang sungguh terik, jalanan macet, suara klakson beruhu – uhu ria membuat kebisingan yang luar biasa. Siang yang sangat biasa di kota metropolitan itu.
    “ Macet lagi !” ujar Rio di dalam sebuah angkot, “Pak, bias terobos gak ? Saya ada janji nih pak !”
    “ Kan biasanya juga gini mas, kenapa jadi bingung ?” sahut pak sopir.
    “ Saya sudah bilang kan, sekarang saya ada janji !”
    “ Janji terus, kemarin juga buru – buru karena ada janji ?”
    “ Udahlah pak sopir, sekaqrang masalahnya bias terobos gak, lewat trotoar gitu !”
    “ Bisa kok mas !”
    “ Ya udah, buruan terobos !” kata Rio tak sabar
    “ TAPI KALAU MAS YANG JADI SOPIR, MAU !!!” suara pak sopir menggelegar, “ Sini sudah pusing malah situ bikin repot, kalau tak mau macet naik kereta saja !”
    Mental Rio langsung ciut dan tak berani membantah lagi, sudah kesekian kali dia dibentak oleh sopir itu dengan kata – kata itu, saat itulah mulutnya terbungkam. Dia pasrah menunggu macet yang menyesakkan perut dan telinganya sampai ditujuan.

    “Kiri, pak!” Rio berhenti didepan sebuah kos – kosan. Setelah membayar beberapa uang, dia segera masuk disebuah kamar dari sekian kamar dikos – kosan itu.
Cklek…
    “Tuh, Si gombal datang!” celetuk Roy
“Hehe…” Rio lalu duduk bersila dan mencomot beberapa makanan, “Sudah sampai mana?”
    “Udah sampai kuburan!” timpal Rico asal.
    “Baru datang malah langsung makan, selesai belum tugasnya?” Tanya Roy
“Sudah dong ! Nih ! ” Rio mengobrak – ngabrik tasnya dan mengeluarkan sebuah laporan.
    “Bagus!” Roy menyambarnya dan keluar kamar untuk membaca.
    Kini hanya ada Rio dan Rico di kamar kosan Roy. Tiba – tiba Rico menjawil Rio yang sedang menelan makanan, hingga membuatnya tersedak dan terbatuk – batuk.
    “Nih minum !” Rico menyodorkan segelas air.
    “Ehm ehm… lega !” Rio menghela nafas.
    “Tadi bagaimana?”
    “Apa sih?” Rio berpikir sejenak, “Oohh,itu… soal si Rika kan?” tebaknya
    Rico mendekap mulut Rio, “Jangan keras –keras!”
    “Iya – iya, lepasin dong!” Ujar Rio sambil melepaskan dekapan Rico
    “Berhasil tidak?” Tanya Rico
    “Ya tentu dong, saya kok!”
    “Hahahaha…., horeeee……!” teriak Rico , dia tampak kegirangan, “Akhirnya  Rika jadi milikku, I LoPe You Darling, hahahaha!!” namun dengan segera Rico menghentikan suaranya dan mendekap mulutnya dengan erat.
Selama sekian detik mereka menunggu suara Rio yang mungkin akan terdengar namun suara itu tak kunjung datang.
“Sepi.” Bisik Rico
“Ya ya ya, sepi, mau dilanjutkan nggak?”
“Yo yo yo, bagaimana ceritanya?
“Tadi itu~.~.~.~.~
Rio berlari – lari di sebuah jalan yang sepi sambil melambai – lambaikan tangannya, ternyata dia melihat si Rika di kejauhan.
“ Rikaaaaa !” panggilnya.
“ Oh Rio, ada apa ?” tanya Rika, lembuuut sekali.
“ Kita duduk di bawah pohon yok !”
Akhirnya mereka duduk di bawah pohon mangga, pohon itu baru berbuah muda, membut Rio memanjatnya dan mengambil buahnya, dua.
“ Mau ?” tawar Rio.
“ Buat Rio saja !” Rika tersenyum.
Rio pun langsung memakannya saja, nikmat, pikirnya.
“ Jadi begini……”
“ Sebentar – sebentar !” Rika memotong perkataan Rio dan memandangi wajah Rio dengan teliti sampai ke lekuk – lekuknya. “ Kok aku jadi jatuh cinta sama Rio yah ?” tanyanya.
“ HAH !” Rio kaget, “ Kenapa ?”
    “ Habis Rio itu ganteng dan apa adanya ! aaaah, kayaknya aku cinta mati sama Rio deh !”
“ Oh, mungkin itu cinta pada pandangan beberapa kali !” celetuk Rio, “ Tapi yang penting ini dulu!’ Rio menyerahkan sesuatu pada Rika.
“ Apa itu ?” tanya Rika.
“ Surat cinta !”
“ Dari ?”
“ Dari Rico, nih !” dia menyodorkannya.
“ Kan aku sudah bilang, aku sukanya sama Rio, bukan sama Rico, jadi surat itu dibuang saja~.~.~.~.~.~
“ Lalu kami jadian !” Rio mengakhiri ceritanya.
“ APAAAAAA !!!!” Rico murka.
Tepat pada saat itu, Roy masuk.
“ Thank’s yah Rio, nih salam tempelnya ! Laporannya bagus !” kata Roy.
Rio menutup tasnya dan menyambar salam tempel buatnya dari Roy, lalu dia menuju pintu kamar, “ Terima kasih semua, dah Rico, dah Roy !” pintu tertutup.
Di pinngir jalan, “ Kiri, bang !” Rio melambai – lambaikan tangannya.
           
                                                                                   ~ THE END~

No comments:

Post a Comment