Siang itu sungguh terik, debu-debu bertebaran, asap knalpot pun ikut menambah kepenatan siang itu.
Di sebuah lampu merah, terlihatlah seorang anak kecil, laki-laki, dengan pakaian kumal sedang membawa sebuah bendera merah-putih. Dia berjalan ke arah mobil biru yang berhenti dan mulai mengelap mobil itu dengan bendera yang dibawanya.
Namun tiba-tiba anak itu mundur sejenak lantaran kaget klakson mobil itu berbunyi dan seorang remaja keluar dari mobil itu.
Remaja itu menarik lengan anak tadi.
"Kenapa, mas?" protes anak itu sambil berusaha melepaskan lengannya.
"Ikut denganku!"
"Untuk apa?"
Remaja itu tak menggubris dan segera saja memasukkan anak tadi ke dalam mobil yang mulai meluncur ketika lampu hijau menyala.
"Siapa nama adek?" tanya remaja itu sambil menoleh sejenak.
"Emm, Roni." jawab anak itu dengan nada bimbang,"Kakak sendiri?"
"Oh, aku Malik."
"Untuk apa kakak membawaku?" tanya Roni protes.
"Apa yang kau lakukan atas mobil ini tadi?" balas Malik sedikit mengeraskan suaranya.
"Aku hanya mengelapnya, kan mobilnya ber..."
"Apa yang kau gunakan untuk mengelap? Hah?"
"Ini." jawab Roni sambil mengangkat benderanya, polos.
"Kenapa kau menggunakan itu?"
"Untuk memperingati hari prokalamasi, kan. Ini tanggal 17 Agustus, kakak lupa?"
"Hah?" Malik tercengang,"Memperingati hari proklamasi kau bilang?"
"Ya."
Malik kemudian meminggirkan mobilnya hingga berhenti tepat di bawah pohon Beringin besar.
"Niat adek memang bagus, tapi caranya salah." kata Malik kemudian.
"Salah?" tanya Roni sembari menggaruk-garuk kepalanya.
"Ya, kau salah. Tidak seharusnya kau memakai bendera kebanggaan kita itu untuk hal-hal seperti yang kau lakukan tadi."
"Memangnya kenapa?" sahut Roni masa bodoh.
"Adek tak sayang negeri ini?"
"Sebenarnya tidak." sambar Roni cepat,"Negeri ini tak adil."
"Apa yang membuatmu berpikir demikian? Bukankah tadi adek bilang kalau adek sedang memperingati ulang tahun negeri ini? Itu berarti adek sayang dengan negeri ini, kan?"
"Tadi aku tak berniat memperingatinya, hanya saja tadi ada bapak-bapak yang memberikan bendera ini dan bilang kalau ini buat memperingati."
"Lantas, yang tidak adil yang seperti apa?"
"Karena aku tetap miskin terus, sedangkan para pejabat semakin kaya, padahal kan sama-sama memiliki bendera merah putih ini!"
"Baiklah, anak manja. Aku akan menunjukkan tempat yang akan membuatmu malu."
Malik mulai menggas mobilnya.
~
"Kau lihat mereka?" Malik menunjuk ke kerumunan orang di TPA.
"Sedang apa mereka?" Roni bingung,"Kenapa mereka semua hormat? Apa yang mereka hormati?"
Namun pertanyaan itu telah terjawab tatkala sang merah putih mulai berkibar di tiang nan tinggi. Para pemulung sedang melaksanakan upacara.
"Kau bisa lihat mereka sekarang, apakah mereka terlihat kaya? Apakah mereka terlihat lebih baik darimu? Pikir baik-baik, Ron. Mereka juga sama sepertimu, mereka pekerja keras, namun mereka hormat terhadap bendera, mereka tidak pamrih terhadap bendera.
Oleh itu, maukah kau ke sana, ikut upacara?"
Roni pun berlari dengan tetesan air mata di belakangnya.
Tamat
Hari Prokalamasi Indonesia ke 66
Oleh Alisarda
No comments:
Post a Comment